Rabu, 27 Oktober 2010

puisi wisman solok selatan

KORUPSI menjadi polemik dan bencana dan ruang kehidupan bangsa ini. Menghadapi polemik ini, sastra bertugas memberi wawasan segar dan pencerahan kreatif kepada publik luas, agar menghindar dari jerat korupsi. Virus korupsi seolah menggerakkan energi iblis untuk melahirkan setan-setan baru yang menghancurkan negara dan tatanan kehidupan. Masa depan bangsa ini dihimpit suramnya badai korupsi. Di tengah badai, sastra bertugas menangkis korupsi dengan menginspirasi pembaca sebanyak-banyaknya agar menghindar dari terjangan korupsi.

Karya sastra yang lahir untuk mencerdaskan bangsa ini, hendaknya menempatkan antikorupsi sebagai wacana yang terus dikampanyekan. Tanggung jawab sosial sastrawan adalah mengupayakan perbaikan hidup dengan menjelaskan kondisi kritis yang merenggut masa depan bangsa ini. Maka, karya sastra yang menggambarkan perlawanan terhadap tradisi korupsi patut didukung dengan pemikiran dan gerakan kongkret.

Melawan korupsi berarti menyiapkan mental dan diri menggempur kemapanan birokrasi. Kritik sosial semacam ini, akan meletup dalam diri sastrawan yang tak mau dikekang kejumudan. Sastrawan dan seniman yang menghamba pada kemapanan birokrasi hanya akan menghasilkan dengan nafas pendek. Kampanye antikorupsi dalam karya sastra mengharuskan konsistensi dalam pikiran dan tindakan. Kampanye antikorupsi yang meletup akan menjadi perjuangan kreatif penuh risiko, namun menjadi panggilan hidup dan refleksi penting. Puisi antikorupsi merupakan jalan kreatif untuk mengutuk kebusukan birokrasi dan mengimpikan masa depan cerah bangsa ini.

Perjuangan kreatif inilah yang akan menjadikan nama penyair terekam dalam keabadian. Sebaliknya, ketika penyair hanya terdiam menghadapi badai krisis sosial, menjadi epigon, dan makelar sastra, maka karya yang lahir hanya akan singgah sejenak pada beranda sejarah, selanjutnya tenggelam dan diterpa arus tren baru yang lebih relevan. Penyair yang setia pada penciptaan puisi, berfungsi sebagai aktor yang mengendalikan lorong komunikasi dalam jengkal syairnya, dengan menampilkan nilai-nilai baru (new values) yang bermanfaat bagi masa depan sastra negeri ini. Untuk itu, penggalian terhadap tema-tema sosial hendaknya melalui filter kontemplasi dari ruang batin.

Sudah selayaknya lorong puisi negeri ini memunculkan karya kreatif yang tak tunduk pada kanon sastra yang lazim diikuti, atau setelah ditahbiskan sebagai "selera zaman". Perjuangan menemukan celah kreatif yang tak sekadar berbeda, tetapi menyuguhkan jalan dan bentuk baru dalam khazanah sastra negeri ini.

Jalan sunyi yang ditempuh penyair, merupakan perjuangan kemanusiaan dengan sayap kreatif luar biasa. Penyair yang setia menampilkan kritik sosial dan jejak kreatif dalam derap sajaknya, akan tercatat dalam naskah sejarah kesastraan. Hal inilah, yang menjadikan Widji Thukul—penyair dan aktivis sosial—dari Solo, sajaknya menjadi "lagu wajib" bagi aktivis mahasiswa, hingga detik ini. Widji THukul melancarkan sajak-sajak kritik sosial, hingga menjadikan dirinya "lenyap" tak berbekas, ketika hegemoni Orde Baru masih menancap di bumi pertiwi. Dengan demikian, bukan dentuman karya yang menjadi "air bah" dalam panggung sastra, akan tetapi subtansi dan kecemerlangan karya, yang akhirnya memberikan kontribusi penting bagi perkembangan kehidupan. Pada konteks inilah, ucapan Heidegger (dalam Urterwegs zur Sprache) bahwa "setiap penyair besar hanya menghasilkan sebuah syair" menjadi kalimat penting.

Wacana korupsi

Dalam letupan puisi di panggung sastra negeri ini, wacana antikorupsi yang sublim dalam deretan sajak penyair disuarakan secara lantang. Adalah F. Rahardi, penyair dan wartawan, menulis kumpulan sajak "Catatan Harian sang Koruptor" (1985). Dalam buku ini, F. Rahardi merangkum 48 sajak yang penuh dengan kritik sosial dan refleksi realitas kehidupan.

Sajak F. Rahardi sarat dengan kritik sosial terhadap keserakahan, wajah pemerintah, paradoks keadilan, dan perilaku koruptor yang melukai hati rakyat. Sebagaimana dalam puisi "Tentang Tikus" ini; Tikus tikus jorok itu melubangi kebun rakyat/ dan mencuri cek lembar demi lembar/ Dan menumpuknya dalam gudang 75 cm/ di bawah permukaan tanah. Kukerahkan herder/ kusiapkan sekop/ kubongkar dan kutumpas tikus-tikus yang bodoh dan memalukan. Bagiku,/ cek, bini muda, mobil/gedung atau karet KB/semuanya bernyawa dan punya kaki/ mereka tak pernah kukejar/ kucari-cari atau kucuri/ mereka semua datang sendiri/ tiap hari sebagai upeti. Sajak ini, walaupun ditulis puluhan tahun lalu, akan tetapi masih relevan dengan konteks sosial politik yang terjadi saat ini. Korupsi menjadi hantu yang membayangi kehidupan dan merasuki tubuh pejabat negeri ini, hingga mencederai amanat rakyat.

Suara hati F. Rahardi menjadi penanda (sign) betapa virus korupsi begitu parah merasuk dalam kehidupan bangsa ini. Dalam sajaknya yang lain, F. Rahardi merefleksikan situasi dalam ruang pengadilan yang penuh dengan muslihat. Seperti petikan sajak "Pledoi di Meja Hijau": Tuan Hakim Ketua dan Anggota/ Saudara Jaksa/ Rekan Saya Pembela/ Dan Hadirin semua. terlebih dahulu/ kenalkan: aku ini hewan kurban/ —bukan koruptor—/ seperti tuduhan jaksa/ atau pers Indonesia. Penyair F. Rahardi menuliskan perenungannya akan kondisi hukum negeri ini, dengan perspektifnya sebagai penyair, sekaligus wartawan yang setiap hari bergelut dengan problem politik dan hukum. Selanjutnya, Korupsi itu/ kalau toh dianggap ada/ mustahil bisa dibasmi dari muka bumi/ termasuk negeri ini/ tapi dalam hal ini upaya saudara jaksa/ bagaimanapun juga sangat saya hargai. Ungkapan ini menjadi sentilan kepada lembaga hukum negeri ini, ketika menghadapi kasus korupsi sekan berbelit-belit. Selain itu, sajak ini mengungkapkan paradoks keadilan di negeri zamrud khatulistiwa.

Di ranah hukum, koruptor yang merugikan negara dalam jumlah besar, sekan bebas mempermainkan, sedangkan warga kecil dengan balutan kemiskinan menjadi pesakitan ketika tertimpa kasus hukum. Selain F. Rahardi, belakangan ini muncul ratusan penyair yang menggemakan kritik antikorupsi dalam deretan sajak.

Riuhnya kritik sosial dalam panggung sastra, semoga menjadi inspirasi bagi berbagai elemen bangsa untuk memperbaiki negeri ini. Kritik sosial yang menguar dari lubuk sastra, akan menjadi ekpresi kehidupan yang sesungguhnya. Hal ini senada dengan analisis Nyoman Kutha Ratna (2005) bahwa kaitan antara sistem estetika dan sistem sosial tampak apabila karya sastra dilihat melalui dimensi-dimensi sosiokulturalnya. Artinya, karya sastra dianggap melalui manifestasi intensi-intensi struktur sosial tertentu, baik sebagai afirmasi (pengakuan), restorasi (pengembalian pada semula), dan inovasi (pembaruan), maupun negasi (pengingkaran). Melalui medium bahasa, karya sastra menampilkan ekspresi kolektivitas tertentu, sebagai pandangan dunia. Hal ini menjadi spirit penyajian refleksi melalui lorong sastra.

Kampanye antikorupsi dan kritik sosial lain yang menggema dalam karya sastra, diharapkan menjadi inspirasi terbukanya ruang kesadaran elite politik negeri ini untuk memperbaiki kinerja dan mengayomi rakyat. Dengan demikian, cita-cita negara kesejahteraan (welfare state) akan tergapai. Dan lewat panggung sastra, spirit inilah yang terus dikobarkan.***

solok selatan

Puisi Anti Korupsi
Saturday, November 7, 2009
By admin

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta.

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta Jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta jangan berdusta

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong Jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong jangan berbohong

puisi koruptor wisman solok selatan

aku benci!
benar benar benci!
padamu... televisi

sedang hari masih pagi
sedang kunikmati secangkir kopi
dan gurihnya gorengan ubi
kau hidangkan di meja ini
berita-berita korupsi

aku benci!
benar-benar benci!

kamu sungguh tak punya hati
kesempurnaan pagi ini
kau rusak dengan debat diskusi
berceloteh pengamat sok suci
tak ubahnya suara mahasiwa pemaki

aku…benar-benar benci!

memangnya kamu siapa, televisi
kamu cuma kemewahan tersembunyi
sekadar el-ci-di lima puluh dua inci
tak lebih penghias hati bergengsi
yang kubeli dari recehan dana be-el-be-i

pagi ini… aku...
benar-benar benci!
sampai kapan aku...
harus sembunyi…

korupsi jangan jadi budaya di negeri kita "solok selatan"

Adalah Wakil Presiden pertama Dr Moh Hatta yang mengatakan bahwa korupsi di negeri ini sudah membudaya. Hal itu dikatakan oleh Bapak Koperasi di Indonesia setelah dilihatnya korupsi semakin menjadi-jadi dilakukan oleh para pejabat Negara yang berkolusi dengan pengusaha. Dan hal itu terus berlangsung kendati pemerintahan SBY telah lama membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun begitu, korupsi menurut pandangan Ketua Gepak, Thariq Mahmud SH, jangan sampai merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Di mana ada sebagian orang hidup bermewah-mewahan sementara di sisi lain sebagian orang hidup melarat sampai-sampai yang dimakan pun nasi aking (bekas).
Hal ini merupakan gambaran dari potret kehidupan bangsa Indonesia, yang telah mendapat predikat sebagai negara terkorup di Asia. Bahkan korupsi sudah bisa dikatakan sebagai bahaya laten yang harus dijadikan musuh bersama. Jika kondisi bangsa ini terus seperti ini, di mana kejahatan korupsi merajalela, maka bisa menimbulkan disintegrasi bangsa dan perpecahan,
“Karena dimulai dari adanya krisis kepercayaan,” ujar H. Thariq Machmud SH Ketua Umum Gerakan Pemuda Anti Korupsi (Gepak) kepada Progresif Jaya baru-baru ini di Jakarta. Dikatakan lagi, bahwa korupsi juga telah menjadikan investor kurang tertarik untuk berinvestasi di negara kita.
Untuk itu, Gepak menurut Thariq, setahap demi setahap akan menyuarakan gerakan anti korupsi serta melakukan pendidikan moral dengan menanamkan doktrin anti korupsi, yang dimulai dari kalangan generasi muda. Untuk itu, dalam waktu dekat Gepak akan bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga untuk menyelenggarakan pendidikan yang menanamkan sikap moral: Antikorupsi di kalangan pemuda.
Sebenarnya Indonesia dengan segala sumber daya yang dimilkinya, jika dikelola dengan baik dan ditangani oleh pemimpin yang tidak korup tidak akan seperti ini. ”Dipastikan negara ini akan lebih baik jika tanpa adanya korupsi,” ujar Thariq menambahkan
Dengan ditanamkannya sikap moral anti korupsi kepada pemuda otomatis akan tumbuh rasa cinta kepada tanah air agar korupsi yang menjadikan negara kita rusak di mata dunia tidak terjadi lagi, Indonesia akan menjadi negara super power di Asia Tenggara.
“Pemberantasan korupsi harus dimulai dari supremasi hukum dan hukuman yang seberat-beratnya kepada setiap pelaku, kalau perlu hukuman mati, jangan lagi kita bicara HAM,” tegasnya.
Menurut Thoriq, ibarat kata hukum di Indonesia, saat ini di atasnya tumpul di bawah tajam, hukum hanya berlaku bagi masyarakat kecil. Kondisi ini yang harus dirubah agar negara ini tidak semakin terpuruk.
Hanya dalam tempo kurang dari setahun Gepak telah berdiri di 12 provinsi di tanah air. Di antaranya DKI Jakarta, NTB, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogja, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Ini menandakan bahwa animo masyarakat begitu besar dalam menyelamatkan kehidupan bangsa, karena kepentingan bangsa di atas segalanya.
Dalam hal mengenai hasil Pansus Bank Century, Gepak saat ini sedang mengawal KPK agar benar-benar melaksanakan tugasnya secara tegas dan professional serta berpihak kepada kebenaran. “Jangan terpengaruh oleh berbagai macam tekanan dari pihak-pihak tertentu, sehingga masyarakat tidak kecewa,” imbuhnya. (Any BW)

rumah gadang kito solok selatan

puisi wisman solok selatan

Janji

Bila putih tampak hitam
Bila ketenangan menjadi pudar
Akankah ketenangan bak awan hitam??.

Binar hilang tak bersisa
Luluh...
Hancur!!!
Percuma jika janji yang diperbanyak
Hanya visi dan misi mu itu yang dibanggakan
Namun kalian lupa setelah terteguk empuknya kursi-kursi kekuasaan

Bangsa kita sudah terpuruk,
jangan dipurukkan lebih dalam
Bangsa kita jangan dimalukan
Sadarlah...

Hasil tambang, hutan, laut milik kita semua
Dari Sabang sampai Merauke punya kita
Tapi uang negara bukan untuk kalian saja
Jangan kalian culik!!!
Setelah itu kalian berpura tak bersalah












Mana Tokoh Kita??

Dilorong senja aku menangis
Dihati terasa mencekam
Air mataku tak bisa kutahan
Siapakah aku??
Siapakah kita??

Dulu...
Moh. Hatta, Agus Salim, Moh. Yamin, Hamka.
Pejuang Minang sejati
Pejuang kita semua

Sekarang masihkah ada tokoh Minang seperti mereka?????
Mana...
Mana!!!!!!
Hilanglah sudah tokoh minang
Tak ada tokoh kita lagi
Hilang...
Tak tercatat dalam sejarah...













Pemimpin yang Rakus

Apa yang kalian senangkan melihat rakyat mu menderita
Rela memakan jerih payah orang-orang tak berdaya
Sungguh!!!
Kalian tak punya rasa iba,
telah digadaikan kehormatan demi kemewahan dunia.

Kau pupuk keluarga mu dari jerih payah tak jelas
Kau sumbangkan uang itu supaya dipuji masyarakat
Sambil berkata, "Sebutkan gelarku, Haji, Profesor, Dr".
Supaya orang bilang kalian pemimipin baik.

Sampai kapankah kalian seperti itu?
Tak puas-puasnya...
Kalian adalah pemimpin yang rakus
Diantara semua yang rakus.














Nasib Saudara Ku, Palestina

Enggan rasanya untuk tertawa
tangis yang akan ku suarakan dengan berteriak-teriak
Biar semua tahu..
Jangan kau toleh wajahku
sebelum aku dibangkitkan.

Semangat kami masih seperti baja
Kuat dan takkan rapuh
Kami akan terus manantang
Para penghianat-penghianat itu
Sampai nanti bila nafas telah berhenti

Apa kalian semua tak mendengar??
Apa telinga kalian tuli!
Apa kalian tak melihat??
Atau mata kalian telah buta!

Kami disini,
menangis, merintih....
Pagi
Siang
Malam
Tak tau kapan mereka mau menjatuhkan
DaaAArRR.......
Lalu mayat-mayat bergelimpangan









Nasib Si Gembel

Jangan bilang mereka pengemis!!
Si gembel...
Bukankah mereka butuh hidup??
Bernafas seperti kita
Jangan kau diam, benci, apalagi mengusir
Sisipkanlah uang seratus perak, dua ratus perak
Lalu Meraka pergi dengan senang hati.
Apakah kau tak melihat??
Matanya yang buta, kakinya yang lumpuh
merangkak kian kemari untuk mencari sesuap nasi,
Bila hujan datang...
Kemanakah mereka akan pergi??
Rumah tak punya apalagi istana
Bila dingin datang siapakah yang akan menyelimuti??
Sementara sukma mereka menggigil bagai dikutub utara
Disaat itu hanya ada satu harapan
Menanti hari esok untuk mengemmis lagi


oleh: Wisman
Pendidikan Bahasa Indonesia UNP 2009

Selasa, 19 Oktober 2010

TERM of Reference (TOR) Eagle Awards Documentary Competition 2010. “Cerdas Indonesiaku”

TERM of Reference (TOR)
Eagle Awards Documentary Competition 2010.
“Cerdas Indonesiaku”

“Terbang bagai Elang menembus batas cakrawala, dengan mata lensa kami rekam fakta dan realita, menjadi saksi atas perubahan yang terjadi melalui karya-karya sineas muda Indonesia.”



LATAR BELAKANG.

Dalam konsep the founding father Negara Indonesia telah tertuang dalam preambul [pembukaan] Undang-Undang Dasar 1945, alinea ke-4 telah dinyatakan bahwa;” Tujuan kemerdekaan Negara Indonesia adalah…ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa,…].Dengan demikian jelaslah bahwa Negara ini memiliki komitment yang tegas untuk menjadikan bangsanya ‘cerdas’ sebagai esensi dari kemerdekaan itu sendiri.

Dengan demikian prinsip-prinsip dasar memperbaiki manusia Indonesia adalah menyiapkan semua elemen bangsa ini untuk menjadikan masyarakat yang cerdas. Cerdas dalam menghadapi hidup, berkemampuan menghadapi tantangan hidup, cerdas sebagai langkah kreatif untuk dapat melihat peluang, cerdas sebagai daya/kapasitas yang secara kritis sebagai syarat untuk menyelesaikan masalah, serta manusia Indonesia yang cerdas berkemampuan untuk menyiasati fungsi-fungsi hubungan yang tepat guna dari dimensi-dimensi manusia yang kompleks.

Pendidikan dan proses pendidikan diarahkan tidak hanya pada rambu kecerdasan yang bersifat holistic saja, melainkan esensi cerdas adalah bagaimana bangsa ini memiliki ‘sikap’ serta ‘mental’ yang cerdas untuk selanjutnya memasuki era persaingan global dan berkemampuan menghadapi permasalahan [kebangsaan] hingga ke akar rumputnya. Pada akhirnya, semua berharap bahwa tradisi pendidikan hendaknya memiliki kemampuan untuk menjawab persoalan ke-Indonesiaan kita sebagai bangsa.

Kini sudah saatnya, kita mulai bergerak – melakukan langkah nyata, memutus rantai akar masalah dari pendidikan di Indonesia yang terletak pada:
- Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan menengah - tinggi.
- Rendahnya kualitas pendidikan yang disebabkan oleh :
 Rendahnya kualitas guru
 Tidak tepatnya metode belajar-mengajar
 Kurang ketersediaan buku-buku berkualitas

- Tidak terintegrasinya kurikulum pendidikan dengan kehidupan masyarakat, dan alamnya.

Selanjutnya kita juga dihadapkan pada ‘jurang’ apakah sistem pendidikan nasional kita berkemampuan mengenali potensi; lokalitas, lingkungan, budaya, serta etnisitas sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pendidikan dengan menghormati keberagaman [pluralitas] sebagai Negara kepulauan?
Kita juga berharap pada peranan dunia pendidikan yang seharusnya merupakan sarana interaksi untuk saling belajar, yaitu; tempat di mana untuk menumbuhkan rasa/sikap kompetensi, serta terciptanya kurikulum yang tidak hanya terjebak pada persoalan teori semata tetapi dunia pendidikan memiliki ruang antara murid dan guru untuk duduk setara memahami akar permasalahan secara bersama.

Dengan tema “Cerdas Indonesiaku” karya-karya EADC 2010 diharapkan dapat menampilkan karya dengan pembobotan nilai yang dapat menghubungkan kembali dunia pendidikan dengan hakekat manusia belajar untuk dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.

Dari tahun ke tahun karya EADC telah menstimulasi bangsa ini dengan ide cerita, motivasi kekaryaan [orang-orang muda] serta hasil karya yang inspiratif dari kelas masyarakat yang berdaya [dan memberdayakan diri] di tengah alam demokratisasi. Hingga penyelenggaraan di tahun yang ke-6 di tahun 2010 ini ketika menetapkan “Cerdas Indonesiaku” sebagai payung besar temanya, EADC berharap pada karya yang mengusung persoalan pada ruang lingkup:
- Orang / Komunitas / Situasi / Sekolah / Serikat / Perkumpulan yang terus melakukan proses belajar mengatasi masalah hingga pada akarnya.
- Kinerja para kaum intelektual dalam dunia penelitian, pengembangan dan riset berbagai teknologi dari berbagai disiplin pegetahuan.
- Orang-orang yang bergulat dengn kehidupan dengan konteks pemikiran yang out of the box.
- Mereka-mereka yang memiliki konsistensi pada pengembangan pendidikan dan pengembangan prinsip-prinsip / dasar-dasar keilmuan di dunia kehidupan nyata/sehari-hari.
- Orang-orang / pihak-pihak ‘otodidak’ yang mampu berkembang di dunia yang digelutinya.
- Tentang sekolah yang maju/survive dengan segala keterbatasanannya.
- Tentang para guru yang cerdas dan berkembang dengan segala keterbatasannya.
- Bentuk-bentuk sekolah alternative dengan potensi berkembang yang sangat baik.
- dsb.





PROGRAM DAN KEGIATAN.
Metro TV kembali menyelenggarakan Eagle Awards, sebuah ajang pelatihan, produksi, dan kompetisi film dokumenter bagi pemula. Dari jumlah peserta yang mengajukan proposal akan dipilih 22 tim yang lolos babak pertama. Dari 22 tim itu, dewan juri memilih 10 tim semifinalis yang berhak untuk mengikuti Pitching Forum di Jakarta. Di dalam Pitching Forum akan dipilih 5 tim yang berhak menerima beasiswa untuk mengikuti pelatihan film dokumenter di Jakarta serta produksi sesuai dengan proposal masing- masing tim.
PERSYARATAN UNTUK MENJADI PESERTA EADC 2010 “CERDAS INDONESIAKU“ :

PERSYARATAN UMUM

• WNI yang berdomisili di Indonesia berusia 19 – 30 tahun.
• Lulusan sekolah tinggi atau minimal pernah kuliah selama 2 semester.
• Belum pernah menjadi finalis Eagle Awards.
• Belum pernah menjuarai kompetisi film dokumenter tingkat nasional dan atau internasional.
• Bukan tenaga professional di lembaga Broadcasting atau Film (dan, atau sedang bekerja di lembaga tersebut) kecuali mereka yang aktif di TV Komunitas.
• Mendaftarkan diri sebagai tim yang terdiri dari 2 orang.
• Memiliki motivasi dan komitmen yang kuat untuk mempelajari pembuatan film documenter dan bercita – cita menjadi pembuat film dokumenter.
• Mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap yang berisi semua keterangan mengenai data diri, proposal film yang diajukan dan data riset, serta foto copy KTP yang dikirimkan kepada panitia dalam satu paket pengiriman.
• Formulir dapat diperoleh melalui www.eagleawards-doc.com atau kirim email ke eagleawards@metrotvnews.com.
• Mengirimkan formulir dan proposal dalam 2 bentuk yaitu :
1. Softcopy ke eagleawards@metrotvnews.com
2. Hardcopy Up. EADC 2010, Metro TV (Lobby 2) Jl. Pilar Mas Raya kav A-D Kedoya, Jakarta BARAT 11520.
PERSYARATAN KHUSUS
• Form Proposal yang diajukan bertema “Cerdas Indonesiaku”
• Form Proposal tersebut memungkinkan untuk di wujudkan ke dalam film dokumenter berdurasi 15 menit.
• Calon penerima beasiswa bersedia mengikuti rangkaian kegiatan Eagle Awards secara penuh yang terdiri dari seleksi, pelatihan, produksi, pasca produksi film dokumenter hingga malam anugerah Eagle Awards menurut jadwal yang ditentukan oleh pihak penyelenggara.
• Menyetujui hak bahwa untuk setiap dan semua bagian yang telah diberikan kepada panitia Eagle Awards dalam bentuk tertulis, tercetak, tersiar, terekam di pita dan versi elektronik lainnya yang merupakan hasil dari pengerjaan proyek dipegang sepenuhnya oleh MetroTV.
• Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan On-Air dan Off Air yang diadakan oleh Metro TV dalam rangka sosialisasi, meningkatkan awareness, dan promosi program Eagle Awards



BATAS WAKTU PENDAFTARAN
Pendaftaran dibuka dari tanggal 1 April 2010. Proposal paling lambat diterima oleh panitia pada tanggal 12 Mei 2010 pukul 18.00 WIB.

SELEKSI TAHAP I
Seluruh calon peserta akan diseleksi menjadi 22 tim dengan proposal film documenter terbaik. 22 tim terbaik ini akan diseleksi dengan wawancara via telepon dengan bersedia hadir pada Pitching Forum jika terpilih menjadi semifinalis. Seleksi wawancara ini akan menghasilkan 10 tim dengan proposal film documenter terbaik. 10 tim ini selanjutnya akan disebut sebagai semi-finalis.

SELEKSI TAHAP II : PITCHING FORUM
Pitching Forum adalah presentasi proposal film documenter di hadapan panelis yang terdiri dari professional documenter dan ahli dalam bidang pendidikan. Dari 10 semi-finalis, akan dipilih 5 tim terbaik dengan proposal terbaik yang disebut sebagai finalis. Finalis kemudian akan menerima beasiswa untuk mengikuti proses Eagle Awards 2010 secara penuh.

Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam tahap seleksi adalah sebagai berikut:
• Nilai tema “Cerdas Indonesiaku” dalam pemilihan topik/subyek film dokumenter;
• Kedekatan periset dengan topik/ subyek;
• Ide atau sudut pandang yang jelas;
• Relevansi antara topik/subyek dengan lokasi riset;.
• Kemungkinan proposal untuk dapat diproduksi dalam hal rentang waktu dan anggaran;
• Kualitas motivasi dan komitmen pelamar.

PELATIHAN
Penerima beasiswa akan menjalani program pelatihan documenter dari pra-produksi sampai pasca-produksi selama beberapa bulan di Jakarta. Pelatihan ini akan dipandu dan didukung oleh pembuat film documenter professional. Pelatihan ini disebut dengan Eagle Lab, yang merupakan proses untuk membantu para peserta dalam merumuskan ide cerita yang telah diusulkan hingga menjadi sebuah treatment yang siap diproduksi.

PRODUKSI
Setiap tim penerima beasiswa akan mendapat fasilitas sebagai berikut :
• Tim pengajar dari kalangan Produser/Sutradara film documenter professional Indonesia,
• Penata kamera professional yang membantu saat shooting,
• Peralatan shooting standar : kamera, lensa, tripod, wireless microphone, bahan baku serta kebutuhan lainnya,
• Editing room dan editor professional yang membantu saat Editing,
• Dana produksi film documenter (besar dana disesuaikan dengan kebutuhan setiap tim yang disetujui oleh panitia).
BEASISWA
Beasiswa yang akan didapat oleh finalis Eagle Awards dalam bentuk fasilitas akomodasi, konsumsi dan transportasi selama masa pelatihan, produksi dan paska produksi. Biaya produksi yang dibutuhkan telah disetujui oleh panitia pelaksana Eagle Awards. Biaya produksi yang dikeluarkan harus dipertanggungjawabkan.

KOMITMEN
Setiap finalis dituntut memiliki komitmen dalam mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan Eagle Awards yang telah dijadwalkan oleh Panitia secara penuh. Finalis juga dituntut untuk bertanggungjawab dalam pemakaian dana produksi. Jika pada proses mengikuti rangkaian Eagle Awards terdapat finalis yang tidak bertanggungjawab dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh panitia maka Metro TV sebagai penyelenggara kegiatan akan memberikan sanksi tegas.

KEPUTUSAN
Keputusan dewan juri dan panitia (Metro TV) dalam melakukan seleksi membuat kebijaksanaan adalah absolute dan tidak dapat digugat.

PENAYANGAN DAN PENGANUGRAHAN EAGLE AWARDS
Kelima film documenter akan diputar pertama kali oleh Metro TV. Eagle Awards akan memperlombakan tiga kategori yang terdiri dari Film Terbaik, Film Dengan Ide Cerita Terbaik yang dipilih oleh kelompok juri independent (di luar tim penyelenggara) serta Film Favorit Pemirsa yang dipilih melalui hasil terbanyak polling sms dari pemirsa Metro TV.

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi :
Agus Ramdan / Jastis Arimba
Metro TV-EADC Program Coordinator
Tel: (021) 583.00077 ext. 22034
Fax: (021) 5824489
E-mail: eagleawards@metrotvnews.com
atau klik : www.eagleawards-doc.com